Saya Tidak Butuh Agama Islam !

    Benar saya seorang Islam. Tapi saya tidak butuh Keislaman anda. Apakah
    anda merasa tersinggung? Saya bilang begitu saja kok anda tersinggung?
    Apa hubungannya?

    Secara legal formal KTP saya Islam. Secara garis keturunan, saya sudah
    Islam sejak saya dilahirkan. Dan secara sosial kemasyarakatan, saya juga
    dikenal sebagai orang Islam. Karena saya melakukan berbagai ritual
    ibadah dalam Islam. Dan secara pribadi saya juga mengimani Islam sebagai
    keyakinan saya. Tapi ..

    Islam yang saya pahami bukan pada label, bukan pada nama-nama. Bukan
    pada segala asesoris. Bukan pada slogan. Singkatnya Islam dalam
    pemahaman saya tidak pada segala unsur fisik-ragawi.

    Silahkan anda baca di depan saya Allahu Akbar, Subhanallah, Masya Allah,
    Nauzubillha, atau …. Satu truk ayat Alquran dan Hadis. Saya tidak
    peduli.

    Kenapa?

    Saya hanya peduli pada pribadi anda. Apakah anda bermoral atau tidak.
    Apakah anda menghargai saya atau tidak. Apakah anda etis atau tidak.
    Apakah anda jujur atau munafik. Apakah anda sok steril atau apa adanya.
    Apakah anda sok suci atau manusiawi.

    Saya menghayati Keislaman sebagai pengamalan nilai-nilainya. Nilai-nilai spiritualitas Universal. Nilai-nilai moral Universal.
    Segala teori, dakwah, slogan, itu hanya budaya bagi saya. Sebagai
    aktivitas kebudayaan manusia. Satu tronton buku-buku tentang Islam, satu
    truk DVD ceramah agama dikumpulkan lalu ditempelkan ke telinga saya,
    semua itu bagi saya bukan Islam dalam maknanya yang hakiki. Semua itu
    adalah hasil budi daya manusia. Inventaris kekayaan intelektual
    kebudayaan di bidang agama.

    Saya teringat ada hadis Nabi yang menyatakan (dalam bahasa saya sendiri), bahwa akhlak yang baik menggambarkan agama yang baik.

    Pernyataan itu saya pahami bahwa hakikat keagamaan seseorang bukanlah
    pada segala embel-embel lahiriah. Tapi adalah pada akhlak kepribadian
    seseorang. Dan pada hadis lain Nabi juga menyatakan bahwa beliau diutus
    ke dunia adalah untuk mengubah akhlak manusia. Ini berarti akhlak
    kepribadian adalah sentral dalam misi ajarannya. Pusat dalam Keislaman.
    Dan semua ritualitas ibadah dan pranata sosial yang dibangunnya pada
    akhirnya adalah dalam rangka untuk menempa akhklak seorang Muslim.
    Apakah hasil dari segala ritual formal ibadah itu bisa membuatnya
    berlaku sabar, tenggang rasa, peduli, tolong menolong, kasih-mengasihi
    dan seterusnya dengan sesamanya.

    Dan semua itulah yang akan dipersembahkannya pada Tuhan. Dan atas itulah ridho (restu) Tuhan turun pada dirinya. Hablum minan nas dan Hablum minallah. Berbuat baik pada manusia dan berbuat baik pada Tuhan. Kenapa berbuat baik pada manusia yang didahulukan?

    Karena agama (Islam) adalah untuk manusia. Bukan untuk Tuhan. Tuhan
    tidak butuh agama. Jika manusia sudah bisa damai sejahtera bersama
    sesama manusia di bumi, maka sesungguhnya visi agama (Islam) pada
    hakikatnya sudah tercapai. Sesuai dengan tujuan diutusnya Nabi Muhammad
    oleh Tuhan.

    Apa artinya sesorang muslim taat beribadah secara ritual-formal,
    berkoar-koar berdakwah, demi membela dan mencintai Islam (katanya), tapi
    dia berlaku sinis, kasar, dan mudah mengamuk pada orang lain. Bisakah
    Tuhan disogok dengan cara menjilat seperti itu? Dan bukankah itu sudah
    salah pasang? Bukankah jusru ridho Tuhan bertengger diatas fondasi
    berbuat baik dengan sesama manusia?

    Nah, dengan memahami Keislaman seperti inilah saya menjadi tidak peduli
    dengan segala label dan sorak sorai Islam. Anda boleh mengaku tamatan
    Universitas Islam Planet Siratul Muntaha. Anda boleh mengaku dari
    Persatuan Islam Dunia Jagat Raya. Anda boleh mengaku Ustad terkenal di
    Planet Yupiter. Anda boleh mengaku hafal Alquran dan Hadis. Anda boleh
    mengaku disanjung dan dipuja sebagai Partai Islam, Pemimpin Islam, Ulama
    Islam dan segala Islam bla bla bla. Tapi jika moral kepribadian anda
    centang prenang saya tidak peduli.

    Saya hanya peduli pada moral seseorang.

    Siapapun dia. Apapun label agamanya. Bahkan tidak beragama sekalipun.

    Sepanjang dia bermoral, itulah hakikat Islam dalam penghayatan saya.

    So, apa yang anda pikirkan?

    ditulis oleh : Erianto Anas:
    bloggernas.co.cc
    Source URL: http://indahrahmadewi.blogspot.com/2011/06/saya-tidak-butuh-agama-islam.html
    Visit Indah Rahma Dewi for Daily Updated Hairstyles Collection

Blog Archive