DENPASAR-Peringatan tragedi bom Bali I yang memasuki tahun ke sembilan dilaksanakan di halaman Konsulat Jenderal Australia Jalan Tantular, Renon, Denpasar, Rabu (12/10).
Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg Moriarty mengatakan, doa bersama yang dihadiri warga Australia, kerabat korban serta warga negara lain merupakan peringatan tragedi bom Bali I yang ke-9 tahun.
"Kita berkumpul disini untuk mengenang korban bom di tahun yang ke-9. Kita juga mengenang mereka yang berubah hidupnya karena bom itu," ujarnya.
Selain itu, dalam peringatan tersebut juga untuk mengenang siapa saja yang selamat, para petugas dan volunteer yang berani membantu para korban.
Dalam sambutannya pada peringatan tragedi bom Bali I yang menewaskan 202 korban jiwa itu, Greg mengatakan bahwa warga Australia yakin aksi terorisme tidak akan menguasai Indonesia hingga membuat warganya hidup dengan ketakutan.
"Tapi kami yakin ini tidak akan menguasai Indonesia, kita semua harus berusaha agar kejadian buruk ini tidak menyelimuti kita lagi, dan selalu membayangi kita," katanya.
Greg menambahkan, pemerintah Indonesia dan Australia sudah bekerja sama untuk memberantas terorisme.
"Kami menghargai usaha para pemerintah," imbuhnya.
Sementara itu, Asisten I Pemerintah Provinsi Bali Gusti Made Sunendra yang mewakili Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan, pihak keamanan yakni polisi sudah berusaha meningkatkan pengawasan peningkatan terutama setelah terjadinya bom di Solo.
"Pengawasan juga ditingkatkan di tempat-tempat ibadah, wisata, dan semua pintu masuk Bali terutama bandara, serta meningkatkan patroli dibeberapa titik," ujarnya.
Peringatan tragedi bom Bali I pada 12 Oktober 2002 silam tersebut tampak dilakukan secara khidmat, sebelum memulai berdoa, para kerabat korban maupun warga Australia lainnya terlebih dahulu menyanyikan lagu kebangsaan "Advance Australia Fair" dan "Indonesia Raya", dan dilanjutkan dengan meletakan rangkaian bunga dari masing-masing perwakilan negara dan perseorangan.
Wendy Grezl, salah satu ibu mertua korban bom Bali I yang tewas saat berada di Sari Club, Legian, Kuta mengatakan jika dirinya dan keluargannya selalu mengingat kenangan buruk tersebut.
"Nama ayah dari cucu-cucu saya adalah John Juniardi. Dia meninggalkan dua orang anak laki-laki. Dan kenangan buruk ini akan selalu ada sampai kapanpun, dan saya setiap tahun kesini untuk mengenang itu," katanya.
Wendy Grezl, warga Australia yang saat tinggal di Jakarta itu mengatakan bahwa terorisme adalah masalah besar, namun menurutnya tidak semua orang di Indonesia adalah teroris.
"Teroris itu sangat berbahaya. Tapi saya tidak takut tinggal dimanapun, baik di Bali, Jakarta, New York, dan lain-lain," imbuhnya.(ant/hrb)
investor.co.id
Visit Indah Rahma Dewi for Daily Updated Hairstyles Collection